Ngompol
secara medis dikenal dengan sebutan enuresis. Umumnya, enuresis
terjadi pada anak-anak, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa.
Hanya saja, pada orang dewasa lebih lazim disebut urinary incontinence.
Pada
anak-anak, mengompol adalah bagian dari pertumbuhannya. Anak sedang
berlatih untuk mengontrol kandung kencing serta otot-otot serta
saraf-saraf kencing. Mengompol sering terjadi pada masa "tatur" dimana
anak sedang belajar untuk kencing di toilet. Bahkan mengompol baru
dianggap sebagai suatu masalah jika terjadi setelah usia 7 tahun.
Ada
dua jenis enuresis pada anak, primer dan sekunder. Primer jika anak
memang masih terus mengompol sekurangnya dua kali seminggu. Termasuk
sekunder, jika sempat terdapat periode "kering" sekurangnya enam bulan
hingga mengompol kembali.
Penyebab
Keterlambatan
proses pematangan, di mana kemampuan untuk mengontrol kandung kencing
belum matang sempurna merupakan salah satu penyebab mengompol. Anak
mengompol bisa juga disebabkan karena ia tak terbangun saat kandung
kencing sudah penuh. Ini bisa berkaitan dengan gangguan tidur seperti sleep apnea (mendengkur) atau gangguan-gangguan tidur lain yang menyebabkan proses tidur terpotong-potong.
Mengompol
juga keturunan lho! Pada orang tua yang keduanya punya riwayat
mengompol, angka kejadian mengompol pada anak 74 persen. Sedangkan pada
orang tua yang salah satunya saja yang mengompol di waktu kecil, angka
kejadiannya adalah 44%. Bandingkan pada orang tua yang keduanya tak
mengompol, kejadiannya hanya 15%.
Enuresis
juga lebih sering dialami oleh anak dengan ADHD atau anak-anak dengan
keterlambatan perkembangan. Pada beberapa kasus yang jarang, ditemukan
juga mengompol yang disebabkan oleh rendahnya kadar vasopresin.
Vasopresin adalah hormon anti-diuretik yang artinya berefek menekan
produksi kencing. Dengan rendahnya vasopresin, produksi urine bisa
dipastikan jadi berlebihan.
Enuresis
sekunder bisa menjadi gejala dari adanya penyakit. Misalkan diabetes,
infeksi saluran kencing, gangguan sistem saraf, tekanan psikologis atau
mendengkur.
Jika anak mengompol
Pahami
bahwa ini terjadi diluar kehendaknya. Tak ada gunanya menghukum anak
Anda. Biasanya mengompol terjadi pada 2 jam awal tidur. Cara terbaik
mencegahnya adalah dengan membiasakannya untuk kencing terlebih dahulu
sebelum tidur.
Pengaturan
asupan cairan juga penting. Biasakan untuk minum lebih banyak di siang
hari, dan mulai kurangi cairan sebelum tidur. Berikut adalah
tips-tipsnya :
1.
Buat rutinitas ke kamar mandi sebelum tidur. Sertakan ritual sikat
gigi, mencuci muka dan dilanjutkan dengan kencing terlebih dahulu.
2.
Jika tahu jadwal mengompolnya, bangunkan putra/putri Anda untuk
kencing. Beri dia penghargaan untuk setiap malam ia tidak mengompol!
3. Dorong dia untuk menjadi anak "besar" dan tidak perlu menggunakan pampers lagi.
4. Batasi minuman sebelum tidur.
5. Penting juga bagi orang tua untuk bersabar dan lebih memberi perhatian pada anak.
6.
Jangan bicarakan tentang kebiasaanya membuat "peta" di ranjang kepada
orang lain. Ini bisa membuatnya berkecil hati dan minder. Orang tua
juga sebaiknya memperhatikan gejala-gejala lain yang mungkin
berhubungan, mendengkur misalnya.
7. Anak yang mendengkur kemungkinan mengalami sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa 8%-47% anak dengan sleep apnea juga
mengompol. Di duga mendengkur akan menyebabkan reaksi berantai yang
menyebabkan terganggunya sekresi hormon vasopresin. Penelitian lain juga
menunjukkan bahwa 55%-77% kasus mengompol akan hilang setelahsleep apnea-nya dirawat.